Rabu, 10 September 2008
Sekilas Tentang Sastra (Melayu)
Kebudayaan Melayu sarat muatan kesusastraan, dan sastra lisan mengambil bagian terbesar setelah sastra tulis. Sastra lisan orang Melayu dikenal cukup indah dengan pilihan kata dan susunan kalimat yang elok. Ungkapan-ungkapan indah tersebut, biasanya dalam bentuk pantun, syair, gurindam, peribahasa, seloka dsb, yang sering diselipkan dalam bahasa komunikasi sehari-hari. Banyak di antara ungkapan-ungkapan indah tersebut mengandung petuah, nasehat, petunjuk dan contoh teladan, karena itu, sering digunakan sebagai media pengajaran dan pendidikan. Di kalangan orang-orang Melayu, ungkapan-ungkapan yang mengandung petuah dan nasehat disebut juga dengan tunjuk ajar.
Menurut orang tua-tua Melayu, sebagaimana disampaikan oleh Tenas Effendy, fungsi dari tunjuk ajar ini untuk membawa manusia ke jalan yang lurus dan diridhai Allah, sehingga selamat dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, kedudukan tunjuk ajar menjadi sangat penting dalam kesusastraan dan tradisi Melayu. Buku Tunjuk Ajar Melayu karya Tenas Effendy ini, memuat ungkapan-ungkapan yang mengandung tunjuk ajar tersebut. Tenas cukup telaten dalam mengumpulkan dan menyusun ungkapan-ungkapan tunjuk ajar yang mulai jarang digunakan oleh masyarakat Melayu tersebut menjadi satu buku. Agar lebih sistematis, tunjuk ajar yang terangkum dalam buku tersebut kemudian ia klasifikasi ke dalam beragam tema, sesuai dengan kandungan isi masing-masing ungkapan.
Tunjuk ajar yang terangkum dalam buku ini berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan, mulai dari masalah keagamaan, sosial, kekeluargaan, etika, moral hingga politik. Misalnya, pantun mengenai rasa tanggung jawab, apalah tanda batang dedap / pohonnya rindang daunnya lebat / apalah tanda orang beradap / bertanggung jawab samapi ke lahat. (h.207) Contoh lain, misalnya pantun tentang musyawarah dan mufakat, pucuk putat warnanya merah / bila dikirai terbang melayang / duduk mufakat mengandung tuah / sengketa usai dendam pun hilang. (h.262)
Pembagian secara tematik yang dilakukan Tenas dalam buku ini disesuaikan dengan isi kandungan dari setiap ungkapan. Namun, bisa saja satu ungkapan memiliki beragam kandungan isi, sesuai dengan pemahaman dan penafsiran pembaca. Misalnya ungkapan, “bila hidup tidak mufakat, di sanalah tempat tumbuhnya laknat”. Oleh Tenas, ungkapan diatas dimasukkan dalam tema persatuan dan kesatuan, gotong royong dan tenggang rasa. Namun, bila diperhatikan, sebenarnya ungkapan di atas bisa dimasukkan pula dalam tema musyawarah dan mufakat. Sebagai pembaca, mungkin kita bisa berbeda pendapat dengan Tenas dalam hal kategorisasi dan pemaknaan setiap ungkapan ini. Namun, menurut Tenas, hal ini dapat dimaklumi, bahkan penting, mengingat perkembangan penafsiran harus sejalan dengan konteks masyarakatnya, sehingga ungkapan-ungkapan yang mengandung nilai-nilai luhur itu dapat dipahami dan berfungsi dengan baik. Ringkasnya, walaupun beberapa ungkapan ini bisa ditempatkan secara fleksibel dalam beberapa kategori atau tema, tetapi kandungan ajarannya yang paling dalam tetap sama: sebagai pedoman dan petunjuk bagi orang Melayu.
Pada setiap tema dan kategori, Tenas memberikan keterangan pengantar tentang adat istiadat Melayu yang berhubungan dengan tema yang disajikan, sehingga memudahkan pembaca dalam memahami nilai luhur yang terkandung dalam budaya Melayu. Tampaknya, upaya tematik yang diberikan Tenas hanya untuk mempermudah pembaca dalam menelusuri kandungan atau sebagian kandungan, dari setiap ungkapan yang disajikan, terutama syair. Selebihnya, pembaca dapat menafsirkan dan memahaminya sendiri.
Meskipun buku ini cukup tebal, namun Tenas mengakui bahwa, ungkapan-ungkapan yang disajikannya secara tematik tersebut belum dapat mengungkap seluruh jenis tunjuk ajar, sebab masih banyak sekali tunjuk ajar Melayu yang belum terjamah, terutama tunjuk ajar yang berkembang dalam masyarakat perkampungan. Setidaknya, kehadiran buku ini telah memberikan kontribusi besar dalam upaya melestarikan tamadun Melayu, terutama dalam kesusastraan, di tengah ketidakpedulian generasi muda pada warisan agung leluhurnya. Dalam konteks tersebut, buku ini menjadi sangat penting, sebab, mengutip Tenas, bila orang Melayu kehilangan tunjuk ajarnya, berarti mereka telah kehilangan jati diri dan nilai-nilai luhur yang selama berabad-abad telah mampu mengangkat harkat dan martabat Melayu. Selain itu, kehadiran buku ini juga penting dalam upaya memahami seni kesusastraan Melayu.
Membaca buku setebal 688 halaman ini, kita akan terbuai dan terlena oleh indahnya ungkapan-ungkapan Melayu. Keindahan ungkapan bukan saja terletak pada pilihan kata serta kalimat yang rancak, demikian kata Mahyudin Al Mudra dalam pengantar buku ini, tetapi lebih dari itu adalah pada makna yang terkandung di dalamnya. Buku ini cukup representatif untuk memahami adat istiadat Melayu.
Judul Buku : Tunjuk Ajar Melayu
Penulis : Tenas Effendy
Penerbit : BKPBM dan Adicita, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, Oktober 2006
Tebal : xi + 688 halaman
Ukuran : 14,5 x 20,5 cm
Oleh : Abd. Rahman Mawazi
http://collectionofridwan91.blogspot.com/
Sesalku
Tertegun hati tatkala ku dengar seruan-Mu
Bersalah akan dosa sangatlah aku sesalkan
Dunia fana membawa nikmat yang sengsara
Akhirat yang kuragu adanya
Taklah buat kuingat akan siksa kiamat
Betapa
Berlimpah dunia akan harta
Sengsara akhirat akan dosa
Sungguh raga tak kuasa
Dikuasai nafsu yang menggebu
Larut dunia dalam nikmat
Hiraukan balasan atas Akhirat
Tapi sesalku atas noda diri
Serta rapuhrasa Iman pada Ilahi Rabbi
Oh Tuhan, haruskah kularut dalam sesal
Tenggelam di lembah nisata
Berlabuh di dalam neraka yang menyiksa
O Tuhan semesta jagat raya
Tolonglah hamba yang dina
Yang mendamba hidayah
Di bulan suci yang penuh berkah.
Ridwan Mulyana
Ramadhan 1428
Selasa, 26 Agustus 2008
HASIL
Bergetar hati tunggui hari esok pagi
Demi mencapai cita-cita tinggi
Untuk menyongsong masa depan cerah nan hakiki
Yang selama ini tumbuh hanya dalam mimpi
Hari adalah penentu
Sekarang hitam besok putih
Hidup pasti ada yang dituju
Tenang jiwa dan Turut Syariah
Panasnya terik matahari
Dinginnya malam yang sunyi
Semua tak kan berarti
Tanpa adanya ke-ikhlasan hati putih yang suci
Akhirnya semua tiba pada saatnya
Indah kebersamaan di tengah keluarga yang sakinah
Menikmati hasil jerih payah
Terdorong impian dan hasrat dalam Gharizah
Di Buat Oleh:
Ridwan Mulyana
SESALKU
Tertegun hati tatkala ku dengar seruan-Mu
Bersalah akan dosa sangatlah aku sesalkan
Dunia fana membawa nikmat yang sengsara
Akhirat yang kuragu adanya
Taklah buat kuingat akan siksa kiamat
Berlimpah dunia akan harta
Sengsara akhirat akan dosa
Sungguh raga tak kuasa
Dikuasai nafsu yang menggebu
Larut dunia dalam nikmat
Hiraukan balasan atas Akhirat
Tapi sesalku atas noda diri
Serta rapuhrasa Iman pada Ilahi Rabbi
Oh Tuhan, haruskah kularut dalam sesal
Tenggelam di lembah nisata
Berlabuh di dalam neraka yang menyiksa
O Tuhan semesta jagat raya
Tolonglah hamba yang dina
Yang mendamba hidayah
Di bulan suci yang penuh berkah.
Dibuat oleh:
Ridwan Mulyana
Ramadhan 1428 H
Senin, 25 Agustus 2008
Pesona dan Doa
Awal bertemu di hari sabtu
Denganmu; wahai gadis yang kurindu
Ku jawab Tanyaku dengan malu;
Malu karena kasarku padamu
Ketika kutahu siapa namamu
Kuberharat untuk kenalimu lebih jauh
Dengan ragu rasaku, kutingalkan selmbar kertas berisi No Phone-ku
Dan kutitip pada aktebingmu
Entah kau tahu atau tidak ku tak hirau
Pertemuan kedua adalah awal keakraban
Di ula sekolah kita, tempat acara kongres berlangsung
Saat disana, kulihat sosok wanita Indah penyejuk kalbu
Dengan kerudung hitam yang menambah anggun wajahnya yang polos dan lugu
Sempat ku tak kenali dirimu
Kau ubah tampilanmu
Dan kau buat daku terkagum akan pesona; pesona Indah Ratu Cleopatra
Entah apa yang harus kulakukan
Kenapa gerangan diriku
Pikirku gelisah
Diriku gundah
Hasyratkubertambah; bertambah tuk kenali dirimu
Kusadar, kutahu
Siapa diriku dihadapmu
Kita memang beda, beda akan segala-galanya
Kau bagai batu permata dan daku bagai batu gunung yang tiada guna
Sampai saatnya datang, aku lancang menyapamu
Meminta no phone-mu
Bersua denganmu
Sungguh mafkan daku
Tak pantas kau kudekati
Tak ayal kau bersemayam di hati
Hati orang hina yang merana karena cinta
Ya Allah Ilahi Rabbi
Apakah dia gadis suci titisan bidadari
Yang berlama kucari dan kunanti adanya
Bersemayan dalam hati
Menari dalam imajinasi
Memintaku untuk mendekati
Dan menggoda diri agar kucintai
Ya Allah Ilahi Rabbi
Bila dia baik bagiku
Dan aku baik baginya
Maka jadikanlah kami sepasang kekasih
Kekasih yang saling mencintai
Mencintai dengan tulus hati
Dan janganlah Kau pisahkan kami
Hingga ajal menanti kami tuk mati
Doa
Harapan
Cinta
Kasih-Mu
Selalu kurasa hingga kudapat tahu bahwa dia Jodohku